Selasa, 12 April 2016

Sejarah Pendidikan di Pattani Thailand



SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
DI PATTANI THAILAND

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas:



Mata Kuliah                   : Sejarah Pendidikan Islam 
Dosen Pengampu           : Dwi Istiyani, M.Ag

Oleh:
Naili Nikmah                           2021113153
Kelas : A
PRODI PAI JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2016



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Thailand (Muangthai) adalah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan termasuk anggota Association South East Asian Nations (ASEAN). Pemerintahnya berbentuk kerajaan yang terdiri 76 propinsi dengan jumlah penduduk 57 juta jiwa. Waliyah Thailand bagian Selatan banyak dihuni oleh umat Islam. Jumlah mereka adalah 2,3 juta atau sekitar 4% dari seluruh penduduk Thailand. Wilayah yang banyak dihuni umat Islam ini meliputi Pattani, Yala, Narathiwat, dan Satun. Mereka mempunyai budaya sendiri jika dibandingkan dengan penduduk Thailand di wilayah lain yang moyoritas beragama Budha.
Thailand merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama budha. Namun demikian, dunia Islam sudah lama mengenal adanya kelompok muslim Pattani yang berada di wilayah Thailand Selatan. Pada abad ke-16, Pattani dikenal sebagai salah satu kerajaan Islam penting didunia Melayu dan menjadi salah satu pusat perdagangan terpenting.
Perkembangan islam di Thailand juga mempengaruhi perkembangan pendidikannya. Oleh karena itu, penulis dalam makalah ini akan membahas perkembangan pendidikan islam di Pattani Thailand.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimana sejarah islam di Pattani Tahailand?
2.         Bagaimana sejarah pendidikan islam di Pattani Thailand?
3.         Apa saja lembaga dan metode pendidikan yang berkembang di Pattani Thailand?
C.      Tujuan
Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan pendidikan islam di Pattani Thailand.














BAB II
PEMBAHASAN
A.      Sejarah Singkat Islam Pattani
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan Thailand. Islam diperkirakan datang ke kawasan Pattani, Thailand bagian Selatan pada abad ke-10 atau ke 11 lewat jalur perdagangan.[1]
Dikisahkan bahwa kehadiran Islam di Pattani dimulai oleh kedatangan Syeikh Said, mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan raja Pattani, Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Setelah itu, Phaya Tu Nakpa yang beragama Budha, kemudian masuk Islam dan Bergelar Sultan Ismail Syah.[2]
Sekelompok Islam lainnya yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini sekarang tinggal ditempat provinsi bagian Selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiwat dan Satun. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani pada abad 12 sebelum kerajaan Sukhothai berdiri. Mereka adalah ras melayu yang hingga kini masih mempertahankan bahasa serta budaya melayu dalam praktik kehidupan sehari-harinya. Disebut dalam sejarah bahwa kerajaan Pattani merupakan salah satu negara makmur di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif. Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan kerajaan Siam dari Bangkok.Pencaplokan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di Thailand.
Karena faktor keberadaan muslim di Selatan, persoalan etnis muslim muncul senantiasa menjadi perhatian utama bagi kelompok mayoritas. Interaksi serta perjuangan sejarah yang panjang antara umat Islam di Selatan dan penguasa Thailand telah memunculkan beberapa keputusan serta kewaspadaan pemerintah untuk setuju dan sekaligus menentang keberadaan umat Islam sebagai kelompok.[3]
B.       Sejarah Pendidikan Islam di Pattani Thailand
Pendidikan Islam di Pattani bermula sejak Islam datang dan menetap di Pattani yaitu pada abad ke-15, pendidikan dasar bermula di kalangan masyarakat Islam dengan mempelajari Al-Qur’an. Bacaan Al-Qur’an menjadi pengajian utama yang harus dilalui oleh setiap anggota masyarakat. Pendidikan AL-Qur’an telah mengalahkan pendidikan berbentuk pondok, kemudian pondok mulai didirikan di Pattani secara ramai-ramai.[4]
Sistem pendidikan pondok pesantren, seperti yang banyak ditemukan di jawa juga dikenal masyarakat Thailand. Orang yang pertama kali memperkenalkan sistem pendidikan ini adalah murid dari sunan Ampel di jawa yakni Wan Husein. Ia adalah seorang ulama yang berpengaruh di dalam pengembangan Islam di Pattani. Dengan diperkenalkannya sistem pondok pesantren, pengajaran Islam tidak lagi eksklusif milik orang-orang elit istana kerajaan, tapi juga menjadi milik orang kebanyakan dan rakyat jelata.[5]
Pondok menjadi institusi pendidikan terpenting di Pattani. Dalam hal ini Pattani menjadi pusat pendidikan agama Islam yang terkenal di Selatan Thailand dan semenanjung tanah melayu pada waktu itu. Pondok menjadi institusi pendidikan yang sangat berpengaruh dan sebagai tempat panduan masyarakat serta dianggap sebagai benteng bagi mempertahankan budaya setempat. Para santri sama-sama menggunakan kain sarung, berbaju Melayu, berkupiah putih, dan menggunakan tulisan Jawi dan buku-buku jawi.[6]
Proses Islamisasi di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal, pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan non formal dan terakhir pendidikan formal.[7]
Pendidikan formal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada masa raja Chalalongkarn atau Rama V pada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat. Melihat itu pada tahun 1921 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas satu sampai kelas empat. Kendatipun undang-undang tersebut dikeluarkan, namum masyarakat Islam di kawasan Thailand Selatan (khusus di empat wilayah: Pattani,Yala, Narathiwat dan Satun) tidak menyambut dengan baik pemberlakuan undang-undang tersebut. Terbukti statistik tahun 1960 tamat Sekolah Dasar kelas satu sampai kelas empat di wilayah tersebut hanya 13,67% masyarakat masih terkait erat dengan pendidikan pondok.
Setelah tahun 1966 M, pemerintah mewajibkan secara paksa setiap institusi pendidikan agama mendaftarkan diri kepada pihak kerajaan di bawah Akta “Rong Rean Son Saksana Islam” (Sekolah swasta pendidikan Islam), sejak itu pendidikan Islam mengalami perubahan, dari pondok kepada madrasah yang sistematis dan terkontrol. Perubahan itu memunculkan timbulnya madrasah-madrasah yang memiliki ciri:
1.         Madrasah adalah lembaga pendidikan gabungan antara pendidikan agama dan akademik. Guru-guru pendidikan akademik disediakan oleh pemerintah. Pemerintah memberi bantuan terhadap sekolah-sekolah agama yang telah melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2.         Pada akhir tahun 1970-an sekolah-sekolah agama yang telah memiliki dua aliran ini (agama dan akademik) mendapat sambutan dari masyarakat. Banyak pelajar-pelajar dikirim untuk menuntut ilmu pengetahuan ke instusi tersebut. Dengan demikian peranan pondok semakin mengecil.
3.         Pada tahun 1981 ada sejumlah 199 sekolah agama, 122 diantaranya yang melaksanakan pendidikan dan akademik (umum)[8]
Di sekolah-sekolah pemerintah, para murid termasuk yang beragama Islam diharuskan mempelajari budhisme sebagai mata kuliah wajib. Pada perkembangannya pemerintah mengijinkan pengajaran pengetahuan Islam di sekolah-sekolah pemerintah, namun pada kenyataannya di mata orang Islam praktek ini gagal, karena gurunya kurang bermutu dan bukan guru tetap. Sementara itu dalam hal masa depan, sekolah Islam swasta tidak dapat bersaing dengan sekolah pemerintah, oleh karenanya untuk menyeimbangkan di madrasa-madrasah juga diajarkan mata kuliah sekuler agar para murid dapat berhasil dalam ujian negara.
Para lulusan sekolah agama tidak memungkinkan bekerja di pemerintahan. Maka tidak mengherankan jika madrasah kurang diminati bagi kaum muslim. Bagi orang tua muslim yang menyekolahkan anaknya di sekolah pemerintah, mereka menyuruh anaknya untuk sekolah agama dengan sistem nonformal dimasjid.[9]
C.      Lembaga Pendidikan di Pattani Thailand
1.      Surau Atau Masjid
Keberadaan Surau dan Masjid di Pattani bukan saja berfungsi sebagai tempat ibadah, melainkan berfungsi juga sebagai lembaga pendidikan Islam. Surau dan Masjid sejak dari dulu telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Pattani. Melalui lembaga tersebut para ulama dapat menyampaikan ajaran agama Islam kepada masyarakat dalam bentuk pengajian agama secara rutin.
Di siang hari pun Surau dan Masjid di Pattani tetap merupakan lembaga agama yang masih aktif sebagai lembaga pendidikan agama walaupun sudah ada lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya. Adapun pengajian yang di terapkan di masjid ini diantaranya belajar membaca Al-Qur’an, belajar kitab-kitab Jawi, belajar berzanji, belajar menjadi imam sholat, serta melaksanakan sholat jama’ah.[10]
2.      Pondok Tradisional
Pondok adalah lembaga pendidikan yang berdiri sebagai pengembangan dari lembaga pendidikan istana dan masjid. Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di pattani dan diantara pondok-pondok tertua adalah pondok dala, bermin, semela, dual, kota gersih, telok manok, yang mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan Islam di daerah ini, oleh karena pondok-pondok ini banyak di datangi oleh pelajar.[11]
Pondok tradisional ciri utamanya adalah:
a.    Non klasikal, peserta didik di Thailand Selatan disebut namanya tok pake tidak dibagi atas tingkatan-tingkatan kelas. Tingkatan dan jenjang ilmu seseorang diukur berdasarkan kitab-kitab yang dibacanya. Karena itu, tidak ada batas tahun untuk mengakhiri belajar.
b.    Kurikulum, mata pelajaranya semuanya terfokus pada pembelajarannya ilmu-ilmu agama saja yang bersumber dari kitab-kitab klasik.
c.    Metode pembelajaran, terfokus pada metode pembelajaran kitab lewat pembacanya dengan benar dan juga pemahamannya baik dari pihak guru (tok guru) dan tok pake.
d.   Manajemen tidak mementingkan menejemen administrasi, seperti omor induk pelajar, raport, ijazah (sertifikat) dan lain sebagainya.[12]
3.      Pondok Modern (Sekolah Swasta Pendidikan Islam)
Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan hasil proses transformasi dari lembaga pondok pesantren tradisional ke pondok pesantren modern. Semua kegiatan diatur oleh pemerintah Thai melalui Pusat Pendidikan Kawasan II, di propinsi Yala.
Sistem pendidikan dilaksanakan dalam bentuk dualisme semi-sekuler, yaitu: pendidikan agama tingkat pendidikan Ibtidaiyah, Mutawasitah dan 20 Tsanawiyah, sedangkan pendidikan umum dari tingkat Menengah Pertama (SLTP) dan Menengah Atas (SLTA).[13]
4.      Madrasah
Sistem madrasah di Thailand adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan para pelajarnya untuk melanjutkan pendidikan mereka dalam tingkat yang lebih tinggi di negeri-negeri lain yang mempergunakan bahasa pengantarnya memakai bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu mereka.[14]
Sistem pendidikan dimadrasah ini memakai sistem klasikal yakni ada tingkatan-tingkatan dan jenjang-jenjangnya baik itu berupa kelas, maupun jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi madrasah di Thailand dapat dibagi  tiga tingkatan yaitu ibtidaiyah, mutawassithah, dan tsanawiyah.[15]
5.      Sekolah
Sisem pendidikan di Thailand, berpedoman pada undang-undang tentang sistem pendidikan nasional tahun 1999.
Berdasarkan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional bab 3, ada tiga bentuk pendidikan yaitu formal, nonformal dan informal.
a.    Pendidikan Formal
Terdiri dari dua tingkatan  yaitu tingkatan dasar (basic education) dan pendidikan tinggi (higher education). Basic education dilaksanakan selama 12 tahun yang terdiri dari 6 tahun pendidikan rendah, 3 tahun tingkat menengah bawah, 3 tahun menengah atas, termasuk juga pendidikan taman kanak-kanak, tingkat pendidikan tinggi.
b.    Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal ini adalah pendidikan anak sampai usia 6 tahun, selanjutnya pendidikan pemberantasan buta huruf bagi orang yang telah berusia 14 tahun keatas.
c.    Pendidikan Informal
Pendidikan ini adalah pendidikan yang mengharuskan seseorang belajar sendiri sesuai dengan intres, potensi, kesiapan, kesempatan mereka, seperti: pendidikan di perpustakaan dan musium. Pendidikan lewat jaringan pembelajaran masyarakat misalnya, pusat pemelajaran masyarakat, pusat bacaan desa, dan lain-lain.[16]
6.      Pendidikan Tinggi Islam
Sebagai sempel dari perguruan tinggi Islam di Thailand dikemukakan seperti College Of Islamic Studies Princce Of Songkla University.
College Of Islamic Studies mempunyai status yang sama dengan fakultas. Kolej ini didirikan pada tahun 1989 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat muslim Thailand dalam bidang pengajian tinggi Islam. Kolej ini satu-satunya kolek Islam negeri (yang diasuh oleh pemerintah) di Thailand. Dan diharapkan akan menjadi pusat pengajian tinggi Islam di Thailand.
Kolej ini disamping melaksanakan kegiatan akademik dalam pengkajian ilmu-ilmu Islam, juga melaksanakan riset dan pengabdian kepada masyarakat.[17] Perguruan tinggi ini juga sering kali mengadakan seminar dan diskusi masalah keagamaan dan keIslaman dengan melibatkan sarjana muslim dan mancanegara.[18]
Tingkat pendidikan yang dikelola oleh collage ini ada dua. Pertama tingkat sarjana (S1) undergraduate program (4 tahun) yang meliputi hukum Islam (Islamic Law), Islamic studies (Studi Islam), Islamic studies (Arabic Language), Islamic Economic And Management, Middle East Study. Kedua, tingkat program master yang meliputi Islamic studies sengan spesialisasi, Islamic law (Hukum Islam), Usuludin, Sejarah dan Peradaban Islam, dan Pendidikan Islam.[19]
D.      Metode Pendidikan di Pattani Thailand
Metode pengajaran di Pattani Thailand dapat dikelompokkan menjadi tiga macam metode, di mana diantara masing-masing metode mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu:
1.         Metode Sorogan
Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sodoran atau yang disodorkan’. Maksudnya suatu metode belajar secara individual di mana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Seorang kiai atau guru menghadapi santri satu persatu secara bergantian. Pelaksanaannya, santri yang banyak itu datang bersama, kemudian mereka antri menunggu giliran masing-masing. Metode sorogan ini menggambarkan bahwa seorang kiai di dalam memberikan pengajarannya senantiasa berorientasi pada tujuan, selalu berusaha agar santri yang bersangkutan dapat membaca dan mengerti serta mendalami isi kitab.
2.        Metode Bandungan
Metode Bandungan sering disebut dengan halaqah, di mana dalampengajian, kitab yang dibaca oleh kiai hanya satu, sedangkan para santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kiai. Orientasi pengajaran secara bandungan ini, lebih banyak pada keikutsertaan santri dalam pengajian. Sementara kiai berusaha menanamkan pengertian dan kesadaran kepada santri bahwa pengajian itu merupakan kewajiban bagi mukhalaf. Kiai dalam hal ini memandang penyelenggaran pengajian halaqah dari segi ibadah kepada Allah SWT.
3.        Metode Weton
Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton tidak merupakan pengajian rutin harian, tetapi dilaksanakannya pada saat-saat tertentu, misalnya pada setiap selesai shalat jum’at dan sebagainya. Peserta pengajian weton tidak harus membawa kitab, karena apa yang dibicarakan kiai tidak bisa dipastikan, cara penyampaian kiai kepada peserta pengajian bermacam-macam, ada yang dengan diberi makna, tetapi ada juga yang hanya diartikan secara bebas.[20]





BAB III
PENUTUP
Islam diperkirakan datang ke kawasan Pattani, Thailand bagian Selatan pada abad ke-10 atau ke 11 lewat jalur perdagangan. kerajaan Pattani merupakan salah satu negara makmur di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif. Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan kerajaan Siam dari Bangkok.
Pendidikan Islam di Pattani bermula sejak Islam datang dan menetap di Pattani yaitu pada abad ke-15, pendidikan dasar bermula di kalangan masyarakat Islam dengan mempelajari Al-Qur’an.
Proses Islamisasi di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal, pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan non formal dan terakhir pendidikan formal.
Adapun lembaga pendidikan di Pattani Thailand diantaranya adalah masjid atau surau, pondok tradisional, pondok modern, madrasah, sekolah dan perguruan tinggi. Kemudian untuk metode pengajaran di Pattani Thailand dapat dikelompokkan menjadi tiga macam metode yaitu metode sorogan, metode bandungan dan metode weton.





DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung, et.al.2002. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern.Yogyakarta:Jurusan SPI Fak Adab IAIN Sunan Kalijaga.
Al-Azizi, Abdul Syukur.2014.Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta :Saufa.
Daulay, Hidar Putra.2009. Dinamika Pendidikan Islam Di Asia Tenggara.Jakarta: Rineka Cipta.
Fauziah, Sifa. 2011. “Sejarah Perkembangan Islam di Thailand Thailand Selatan (Pattani) Pada Abad ke XVII sampai XX”, Skripsi, Http://Repository.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/Bitstream/123456789/1781/1/102975-SIFA%20FAUZIAH-FAH.Pdf, diakses tanggal 6 Maret 2016.
Ibrahim, Malik. Februari 2012 . “Seputar Gerakan Islam di Thailand Suatu Upaya Melihat Faktor Internal dan Eksternal”. SOSIO-RELIGIA, Vol. 10, No.1, Http://Www.Aifis-Digilib.Org/Uploads/1/3/4/6/13465004/Revisi_No_08._ Seputar_ Gerakan_Islam_Di_ Thailan_Pak_Malik.Pdf, diakses tanggal 6 Maret 2016
Latifah Hanum.Januari-Juni 2013. Modernisasi Pendidikan Islam, Volume 1 No. 1. Http: //Fkip.Uisu.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2014/03/11_Latifah-Hanum _Modrenisasi-Pendidikan-Islam-Di-Thailand-E1.Pdf.diakses tanggal 6 Maret 2016.
Syahid, Achmad et.al. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam.Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Wahyu Illahi dan Harjani Hefni. 2012. Pengantar Sejarah Dakwah .Jakarta : Kencana Prenada Media Group.





1 komentar: