Senin, 23 November 2015

BIMBINGAN BELAJAR



BIMBINGAN BELAJAR
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah                    : Bimbingan dan Penyuluhan
Dosen Pengampu            : Ani S.Sos.I, M.Pd.I



Disusun oleh :

Syifa Malinda                                   (2021113135)
Ibnu Ubaidillah Kafa                      (2021113149)
Naili Nikmah                                    (2021113153)
Hepi Rahmawati                              (2021113265)

Kelas: C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, mengadakan bimbingan dalam sekolah menjadi sesuatu yang penting. Sebab pada dasarnya setiap manusia itu membutuhkan bimbingan untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu anak didik dalam suatu lembaga sekolah pun tentunya membutuhkan sebuah bimbingan untuk mengarahkan perkembangannya yang masih labil. Proses belajar-mengajar bukanlah sekedar proses transfer of  knowledge dan received of knowledge tanpa memperhatikan perkembangan anak didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kegiatan saling membantu dari guru dan atau siswa dinilai akan memudahkan siswa untuk berinovasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Bimbingan belajar yang dilaksanakan dalam sekolah akan sangat bermanfaat bagi anak didik. Maka dari itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bimbingan belajar.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian bimbingan belajar?
2.      Apa tujuan dari bimbingan belajar?
3.      Apa fungsi dari bimbingan belajar?
4.      Apa saja bentuk-bentuk layanan bimbingan belajar?
5.      Apa saja program mengatasi masalah belajar?
6.      Bagaimana pelaksanaan progmam layanan bimbingan belajar?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang berasal dari kata guide, yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukann, mengatur atau mengemudikan). Bimbingan menurut Prayitno adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli seorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.[1]
Kemudian yang dimaksud dengan bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan–tuntutan belajar di institusi pendidikan. Berdasarkan pengertian diatas, bimbingan belajar bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.
Relevan dengan makna diatas, surya menyatakan bahwa bimbingan belajar merupakan jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh surya diatas, bimbingan belajar bisa bermakana bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah pendidikan (dalam arti luas) dan masalah belajar (dalam arti sempit).[2]

B.       Tujuan Bimbingan Belajar
Secara umum oleh karena siswa merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan, maka tujuan bimbingan belajar adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal sehingga tidak menghambat perkembangan belajar siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya.
Selain tujuan umum diatas, secara lebih khusus  berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Dalam konteks kemandirian, tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mandiri dan belajar.[3]

C.       Fungsi Bimbingan Belajar
Fungsi bimbingan belajar adalah sebagai berikut:
1.      Fungsi pemahaman, membantu peserta didik agar mampu memiliki pemahaman sesuai potensi dirinya dan lingkungannya.
2.      Fungsi preventif, berkaitan dengan upaya untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya.
3.      Fungsi penyembuhan, memberikan bantuan kepada peserta didik yang telah mengalami masalah.
4.      Fungsi pengembangan, untuk menciptakan ruang belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik.
5.      Fungsi penyesuaian, membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat secara kontekstual, dinamis, dan konstruktif.
6.      Fungsi penyaluran, membantu peserta didik memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan sesuai dengan bakat dan keahlian.
7.      Fungsi perbaikan, membantu peserta didik sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak.
8.      Fungsi pemeliharaan, membantu peserta didik upaya dapat menjaga diri dan mempertahankan  situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.[4]

D.      Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Belajar
Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.[5]
Yang lebih tepat, bentuk bimbingan belajar kepada para siswa adalah menyesuaikan dengan masalah belajar yang terjadi dan dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa, guru pembimbing dapat merumuskan program layanan bimbingan belajar kepada para siswa. Beberapa bentuk layanan bimbingan belajar yang bisa diberikan kepada para siswa di sekolah dan madrasah.
1.         Orientasi kepada para siswa (khususnya siswa baru) tentang tujuan institusional (tujuan sekolah dan madrasah), isi kurikulum pembelajaran, struktur organisasi sekolah (madrasah), cara-cara belajar yang tepat, penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah atau madrasah.
2.         Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan madrasah maupun di rumah baik secara individual maupun kelompok.
3.         Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai, memilih kegiatan-kegiatan non akademik yang menunjang usaha belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bantuan ini juga mencakup penyebaran informasi (layanan informasi) tentang program studi yang tersedia pada jenjang pendidikan tertentu.
4.         Pengumpulan data siswa (layanan pengumpulan data) yang berkenaan dengan kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup, pada program-program studi atau jurusan tertentu, dan lain sebagainya.
5.         Bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar seperti, kurang mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ulangan atau ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai mata pelajaran, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit cara belajar secara rutin, dan lain sebagainya.
6.         Bantuan dalam hal membentuk kelompok belajar dan mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan secara efektif dan efisien.[6]

E.       Program Mengatasi Masalah Belajar
Di sekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai siswa yang gagal, seperti, angka-angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Secara umum, siswa-siswa yang seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar. Secara lebih luas, masalah belajar tidak hanya terbatas pada contoh-contoh yang disebutkan. Masalah belajar mempunyai bentuk yang beragam, yang pada umumnya dapat digolongkan atas:
a.       Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelijensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
b.      Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
c.       Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
d.      Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang semangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e.       Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waku, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya, dan sebagainya.[7]
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah belajar siswa diatas  pada dasarnya bersumber dari faktor-faktor yang melatar belakanginya. Sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada siswa dapat dikelompokkan dalam kategori yaitu:
1)      Faktor-faktor internal
Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri siswa itu sendiri) antara lain:
a.         Kurangnya kemampuan dasar(inteligensi) yang dimiliki oleh peserta didik.
b.        Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu.
c.         Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar.
d.        Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik.
e.         Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar.
f.         Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar.[8]
2)      Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor dari luar), terdiri atas:
a.       Sekolah, antara lain:
a)        Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
b)        Terlalu berat beban belajar
c)        Metode belajar yang kurang memadai
d)       Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
b.      Keluarga, antara lain:
a)        Keluarga kurang harmonis
b)        Kurang perhatian dari orang tua
c)        Keadaan ekonomi orang tua
Untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar, antara lain dilakukan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah belajar, khususnya pada siswa yang mengalami masalah kurang motivasi, yaitu sebagai berikut:
a.       Peningkatan motivasi belajar
b.      Peningkatan keterampilan
c.       Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
d.      Pengajaran perbaikan
e.       Kegiatan pengayaan

F.       Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan Belajar
Untuk menindaklanjuti program dan sekaligus mengatasi masalah belajar siswa, sekolah harus melaksanakan program layanan bimbingan yang tentunya didahului kegiatan berikut:
a.         Observasi atau pengamatan
b.         Wawancara
c.         Pengumpulan data
d.        Pelaksanaan usaha bimbingan belajar
e.         Evaluasi atas keefektifan bimbingan belajar[9]
Selain hal diatas, pelaksanaan layanan bimbingan dapat dilakukan dengan langkah-langkah  berikut:
1.          Identifikasi Kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga membutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
a.       Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b.      Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c.       Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d.      Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e.       Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
2.         Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial–material; (b) struktural–fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personalitas.
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3.         Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk di dalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4.         Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya. Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus–kasus yang dihadapi.
5.         Treatment
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien, berdasarkan keputusan yang diambil dalam langkah prognosis. Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing atau konselor, pemberian bantuan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri.
Akan tetapi, jika permasalahannya menangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan luas, tugas guru atau guru pembimbing konselor hanya membuat sebatas rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau alihtangan kasus).
6.         Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
a.       Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b.      Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan.
c.       Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.[10]
















BAB III
PENUTUP

Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan–tuntutan belajar di institusi pendidikan.
Tujuan bimbingan belajar adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal sehingga tidak menghambat perkembangan belajar siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya.
Fungsi bimbingan belajar adalah fungsi pemahaman, fungsi preventif, fungsi penyembuhan, fungsi pengembangan, fungsi penyesuaian, fungsi penyaluran,  fungsi perbaikan, dan funsi pemeliharaan.
Untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar, antara lain dilakukan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah belajar, khususnya pada siswa yang mengalami masalah kurang motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Peningkatan motivasi belajar
2.      Peningkatan keterampilan
3.      Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
4.      Pengajaran perbaikan
5.      Kegiatan pengayaan
Untuk menindaklanjuti program dan sekaligus mengatasi masalah belajar siswa, sekolah harus melaksanakan program layanan bimbingan yang tentunya didahului kegiatan berikut: observasi atau pengamatan, wawancara, pengumpulan data, pelaksanaan usaha bimbingan belajar, dan evaluasi atas keefektifan bimbingan belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Hamdani.2012. Bimbingan Dan Penyuluhan.Bandung:Pustaka Setia.
Tohirin.2011.Bimbingan Dan Konseling Disekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi).Jakarta:Raja Grafindo Persada.
http://bkkonselor.weebly.com/bimbingan-belajar.html. diakses pada 22 Nopember 2015 pukul 06.03 WIB.
Ketut Sukardi, Dewa.2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Priyatno dan Eman Anti.1998. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta.
Hallen A.2002.Bimbingan dan Konseling, cet-1.Jakarta: Ciputat Pers.
Salahudin, Anas.2010.Bimbingan Dan Konseling.Bandung:Pustaka Setia.



[1] Hamdani, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), hlm. 79.
[2] Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Disekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:Raja Grafindo Persada:2011), hlm. 130
[3] Ibid, hlm. 131.                    
[4]  http://bkkonselor.weebly.com/bimbingan-belajar.html. diakses pada 22 Nopember 2015 pukul 06.03 WIB.
[5]  Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 46.
[6] Ibid, hlm. 131-132.
[7] Priyatno dan Eman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta:Rineka Cipta,1998), hlm. 279-280.
[8]  Hallen A., Bimbingan dan Konseling, cet-1 (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 130-131.
[9] Anas Salahudin, Bimbingan Dan Konseling, (Bandung:Pustaka Setia,2010), hlm. 142-148.
[10] Hamdani, Op.Cit., hlm. 139-142.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar