BIMBINGAN
BELAJAR
Makalah
Disusun
guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah :
Bimbingan dan Penyuluhan
Dosen Pengampu : Ani
S.Sos.I, M.Pd.I
Disusun oleh :
Syifa
Malinda (2021113135)
Ibnu
Ubaidillah Kafa (2021113149)
Naili
Nikmah (2021113153)
Hepi
Rahmawati (2021113265)
Kelas:
C
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini,
mengadakan bimbingan dalam sekolah menjadi sesuatu yang penting. Sebab pada
dasarnya setiap manusia itu membutuhkan bimbingan untuk mengarahkan dirinya
sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu anak didik dalam suatu lembaga
sekolah pun tentunya membutuhkan sebuah bimbingan untuk mengarahkan perkembangannya
yang masih labil. Proses belajar-mengajar bukanlah sekedar
proses transfer of knowledge dan received of knowledge
tanpa memperhatikan perkembangan anak didik dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Kegiatan saling membantu dari guru dan atau siswa dinilai akan
memudahkan siswa untuk berinovasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Bimbingan belajar yang dilaksanakan dalam sekolah akan sangat bermanfaat bagi
anak didik. Maka dari itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bimbingan
belajar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian bimbingan belajar?
2.
Apa
tujuan dari bimbingan belajar?
3.
Apa
fungsi dari bimbingan belajar?
4.
Apa
saja bentuk-bentuk layanan bimbingan belajar?
5.
Apa
saja program mengatasi masalah belajar?
6.
Bagaimana
pelaksanaan progmam layanan bimbingan belajar?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang berasal
dari kata guide, yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or
steer (menunjukkan, menentukann, mengatur atau mengemudikan). Bimbingan
menurut Prayitno adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli seorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.[1]
Kemudian yang dimaksud dengan bimbingan belajar adalah suatu
bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam
mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan–tuntutan belajar
di institusi pendidikan. Berdasarkan pengertian diatas, bimbingan belajar bisa
bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.
Relevan dengan makna diatas, surya menyatakan bahwa bimbingan
belajar merupakan jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan
oleh surya diatas, bimbingan belajar bisa bermakana bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah pendidikan (dalam
arti luas) dan masalah belajar (dalam arti sempit).[2]
B.
Tujuan Bimbingan Belajar
Secara umum oleh karena siswa merupakan individu yang sedang dalam
proses perkembangan, maka tujuan bimbingan belajar adalah membantu individu
(siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal sehingga tidak menghambat
perkembangan belajar siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu
akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya.
Selain tujuan umum diatas, secara lebih khusus berdasarkan pengertian di atas dapat
diketahui bahwa tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah belajar. Dalam konteks kemandirian, tujuan bimbingan
belajar adalah agar siswa mandiri dan belajar.[3]
C.
Fungsi Bimbingan Belajar
Fungsi
bimbingan belajar adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi
pemahaman, membantu peserta didik agar mampu memiliki pemahaman sesuai potensi
dirinya dan lingkungannya.
2.
Fungsi
preventif, berkaitan dengan upaya untuk senantiasa mengantisipasi berbagai
masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya.
3.
Fungsi
penyembuhan, memberikan bantuan kepada peserta didik yang telah mengalami
masalah.
4.
Fungsi
pengembangan, untuk menciptakan ruang belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan peserta didik.
5.
Fungsi
penyesuaian, membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat secara kontekstual, dinamis, dan konstruktif.
6.
Fungsi
penyaluran, membantu peserta didik memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan
atau program studi, dan memantapkan penguasaan sesuai dengan bakat dan
keahlian.
7.
Fungsi
perbaikan, membantu peserta didik sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam
berpikir, berperasaan, dan bertindak.
8.
Fungsi
pemeliharaan, membantu peserta didik upaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya.[4]
D.
Bentuk-Bentuk
Layanan Bimbingan Belajar
Layanan
bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,
serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan
perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.[5]
Yang lebih
tepat, bentuk bimbingan belajar kepada para siswa adalah menyesuaikan dengan
masalah belajar yang terjadi dan dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa, guru
pembimbing dapat merumuskan program layanan bimbingan belajar kepada para
siswa. Beberapa bentuk layanan bimbingan belajar yang bisa diberikan kepada
para siswa di sekolah dan madrasah.
1.
Orientasi kepada para siswa (khususnya siswa baru)
tentang tujuan institusional (tujuan sekolah dan madrasah), isi kurikulum
pembelajaran, struktur organisasi sekolah (madrasah), cara-cara belajar yang
tepat, penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah atau madrasah.
2.
Penyadaran kembali secara berkala tentang cara
belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan madrasah maupun di
rumah baik secara individual maupun kelompok.
3.
Bantuan dalam memilih jurusan atau program
studi yang sesuai, memilih kegiatan-kegiatan non akademik yang menunjang usaha
belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Bantuan ini juga
mencakup penyebaran informasi (layanan informasi) tentang program studi yang
tersedia pada jenjang pendidikan tertentu.
4.
Pengumpulan data siswa (layanan pengumpulan data) yang berkenaan dengan
kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup, pada
program-program studi atau jurusan tertentu, dan lain sebagainya.
5.
Bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar seperti, kurang mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah,
kurang siap menghadapi ulangan atau ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang
menguasai cara belajar yang tepat di berbagai mata pelajaran, menghadapi
keadaan di rumah yang mempersulit cara belajar secara rutin, dan lain
sebagainya.
6.
Bantuan dalam hal membentuk kelompok belajar
dan mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan secara efektif
dan efisien.[6]
E.
Program Mengatasi
Masalah Belajar
Di sekolah,
disamping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering
pula dijumpai siswa yang gagal, seperti, angka-angka rapor rendah, tidak naik
kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Secara umum, siswa-siswa yang
seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar.
Secara lebih luas, masalah belajar tidak hanya terbatas pada contoh-contoh yang
disebutkan. Masalah belajar mempunyai bentuk yang beragam, yang pada umumnya
dapat digolongkan atas:
a.
Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa
yang diperkirakan memiliki intelijensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal.
b.
Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa
yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi, tetapi masih memerlukan
tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan kemampuan belajarnya yang amat
tinggi.
c.
Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan
siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
d.
Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan
siswa yang kurang semangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan
malas.
e.
Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar,
yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur-ulur waku, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahuinya, dan sebagainya.[7]
Hal-hal yang
menyebabkan terjadinya masalah belajar siswa diatas pada dasarnya bersumber dari faktor-faktor
yang melatar belakanginya. Sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada siswa
dapat dikelompokkan dalam kategori yaitu:
1)
Faktor-faktor internal
Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang
berada pada diri siswa itu sendiri) antara lain:
a.
Kurangnya kemampuan dasar(inteligensi) yang
dimiliki oleh peserta didik.
b.
Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar
tertentu.
c.
Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar.
d.
Situasi pribadi terutama emosional yang
dihadapi peserta didik.
e.
Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan
belajar.
f.
Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung
kegiatan belajar.[8]
2)
Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor dari
luar), terdiri atas:
a.
Sekolah, antara lain:
a)
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
b)
Terlalu berat beban belajar
c)
Metode belajar yang kurang memadai
d)
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan
belajar
b.
Keluarga, antara lain:
a)
Keluarga kurang harmonis
b)
Kurang perhatian dari orang tua
c)
Keadaan ekonomi orang tua
Untuk membantu
siswa dalam mengatasi masalah belajar, antara lain dilakukan beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah belajar, khususnya pada siswa yang
mengalami masalah kurang motivasi, yaitu sebagai berikut:
a.
Peningkatan motivasi belajar
b.
Peningkatan keterampilan
c.
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik
d.
Pengajaran perbaikan
e.
Kegiatan pengayaan
F.
Pelaksanaan Program
Layanan Bimbingan Belajar
Untuk
menindaklanjuti program dan sekaligus mengatasi masalah belajar siswa, sekolah
harus melaksanakan program layanan bimbingan yang tentunya didahului kegiatan
berikut:
a.
Observasi atau pengamatan
b.
Wawancara
c.
Pengumpulan data
d.
Pelaksanaan usaha bimbingan belajar
e.
Evaluasi atas keefektifan bimbingan belajar[9]
Selain hal
diatas, pelaksanaan layanan bimbingan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1.
Identifikasi
Kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun
(2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
siswa yang diduga membutuhkan layanan
bimbingan belajar, yakni :
a.
Call them approach; melakukan wawancara
dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan
dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b.
Maintain good relationship; menciptakan hubungan
yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru
dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya
terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui
kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c.
Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan
masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang
bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat,
dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai
tindak lanjutnya.
d.
Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa
diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi
siswa.
e.
Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa
yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
2.
Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik
kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial–material;
(b) struktural–fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personalitas.
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk
melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM).
Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi
siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c)
hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f)
pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi;
(i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3.
Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau
yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa
dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton
membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan
kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor
yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan
kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi
psikis lainnya; (b) faktor eksternal,
seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk di dalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4.
Prognosis
Langkah ini
untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk
diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya. Hal ini dilakukan
dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua
dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus–kasus yang dihadapi.
5.
Treatment
Langkah ini
merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang
dihadapi klien, berdasarkan keputusan yang diambil dalam langkah prognosis.
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing
atau konselor, pemberian bantuan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing
itu sendiri.
Akan tetapi,
jika permasalahannya menangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan
luas, tugas guru atau guru pembimbing konselor hanya membuat sebatas rekomendasi
kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau alihtangan kasus).
6.
Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun
yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan
evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan
(treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi
siswa. Berkenaan dengan
evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan
layanan bimbingan belajar, yaitu :
a.
Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan
masalah yang dibahas.
b.
Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan
melalui layanan.
c.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut
pengentasan masalah yang dialaminya.[10]
BAB
III
PENUTUP
Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu
(siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program
studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan–tuntutan belajar di institusi pendidikan.
Tujuan bimbingan belajar adalah
membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal sehingga
tidak menghambat perkembangan belajar siswa. Siswa yang perkembangannya
terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan
belajarnya.
Fungsi bimbingan belajar adalah
fungsi pemahaman, fungsi preventif, fungsi penyembuhan, fungsi pengembangan,
fungsi penyesuaian, fungsi penyaluran,
fungsi perbaikan, dan funsi pemeliharaan.
Untuk
membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar, antara lain dilakukan beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah belajar, khususnya pada
siswa yang mengalami masalah kurang motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.
Peningkatan motivasi belajar
2.
Peningkatan keterampilan
3.
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik
4.
Pengajaran perbaikan
5.
Kegiatan pengayaan
Untuk
menindaklanjuti program dan sekaligus mengatasi masalah belajar siswa, sekolah
harus melaksanakan program layanan bimbingan yang tentunya didahului kegiatan
berikut: observasi atau pengamatan, wawancara, pengumpulan data, pelaksanaan
usaha bimbingan belajar, dan evaluasi atas keefektifan bimbingan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani.2012.
Bimbingan Dan Penyuluhan.Bandung:Pustaka Setia.
Tohirin.2011.Bimbingan Dan Konseling Disekolah Dan Madrasah
(Berbasis Integrasi).Jakarta:Raja Grafindo Persada.
http://bkkonselor.weebly.com/bimbingan-belajar.html. diakses pada
22 Nopember 2015 pukul 06.03 WIB.
Ketut Sukardi, Dewa.2000. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Priyatno dan Eman Anti.1998. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta:Rineka Cipta.
Hallen A.2002.Bimbingan
dan Konseling, cet-1.Jakarta: Ciputat Pers.
Salahudin,
Anas.2010.Bimbingan Dan Konseling.Bandung:Pustaka Setia.
[1] Hamdani,
Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), hlm. 79.
[2] Tohirin, Bimbingan
Dan Konseling Disekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:Raja
Grafindo Persada:2011), hlm. 130
[3] Ibid,
hlm. 131.
[4]
http://bkkonselor.weebly.com/bimbingan-belajar.html. diakses pada 22
Nopember 2015 pukul 06.03 WIB.
[5] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.
46.
[6] Ibid,
hlm. 131-132.
[7] Priyatno dan
Eman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta:Rineka
Cipta,1998), hlm. 279-280.
[8] Hallen A., Bimbingan dan Konseling, cet-1
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 130-131.
[9] Anas
Salahudin, Bimbingan Dan Konseling, (Bandung:Pustaka Setia,2010), hlm.
142-148.
[10] Hamdani, Op.Cit.,
hlm. 139-142.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar