Makalah
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Mutho’in M.A
Reizka
Efrilia Sanam (2021113053)
Naili
Nikmah (2021113153)
Inayatul
Utfiyah (2021113266)
Taufik (2021114281)
Kelas: C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus
selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari
sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan
pribadi muslim. Orang islam belum tentu
berkepribadian muslim. Pribadi muslim
yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi
yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari
Allah Swt.
Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda,
bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu
tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah,
padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim.
Oleh karena itu, standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah
merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi
pembentukan pribadi muslim.
Oleh karena permasalah di atas, dalam makalah ini akan membahas mengenai pembentukan
kepribadian muslim.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Apa
yang dimaksud dengan Kepribadian Muslim?
b.
Bagaimana
cara pembentukan Kepribadian Muslim?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepribadian Muslim
Istilah
kepribadian merupakan terjemahan dari personality
(bahasa Inggris), sedangkan dalam bahasa latin kepribadian disebut dengan persona yang mempunyai arti kedok atau
topeng, yang berarti tutup muka yang biasa dipakai oleh pemain-pemain panggung
untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang.
Menurut
Fillmore H. Sandford, kepribadian (personality-bahasa
Inggris, syakhsihiah-bahasa Arab) adalah
susunan yang unik dari sifat-sifat seseorang yang berlangsung lama. sementara
itu, menurut Allport kepribadian adalah susunan yang dinamis di dalam sistem psikofisik
(jasmani-rohani) seseorang (individu) yang menentukan perilaku dan pikiran yang
berciri khusus. kedua pengertian ini memberikan gambaran bahwa setiap orang
mempunyai perilaku lahiriah dan ruhaniah yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. kepribadian bisa terbentuk melalui perpaduan antara faktor dasar
(fitrah) dan ajar (lingkungan atau pendidikan) yang dialami oleh manusia, dan
hal itu akan memberikan corak khusus pada kepribadian muslim.[1]
Ada
tiga kata yang sering digunakan dalam penyebutan yang sama dan mempunyai
kedekatan makna seperti karakter, temperamen, dan kepribadian. Karakter
lebih mengarah kepada tabiat-tabiat yang benar atau salah, sesuai atau tidak
sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui. Temperamen diartikan sebagai
segi kepribadian yang erat hubungannya dengan perimbangan zat-zat cair yang ada
dalam tubuh, misalnya pemurung, gembira atau lainnya. Sedangkan kepribadian
adalah suatu perwujudan keseluruhan kepribadian manusia yang unik, lahir batin
dan antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individu. Kepribadian juga
diartikan sebagai dinamisasi dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang
turut menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.[2]
Dari
definisi diatas dapat dipahami bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu
proses kehidupan yang dijalani seseorang. Oleh karena proses yang dialami oleh
tiap orang itu berbeda-beda, maka kepibadian tiap-tiap individu pun
berbeda-beda.[3]
Kepribadian
muslim ialah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku
luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaan
menunjukkan pengabdian diri kepada Tuhan penyerahan diri kepada-Nya.[4] Konsepsi islam tentang bagaimana
wujud kepribadian muslim adalah identik dengan aspek-aspek kepribadian manusia
seutuhnya.
Menurut
Syaikh M. Jamaludin Mahfuzh ada tiga hal yang menjadi karakteristik seseorang
bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian muslim, yaitu:
1. Menyerahkan
diri kepada Allah
Membentuk
pribadi yang islami harus atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada Allah.
2. Kebebasan
dan kemuliaan manusia
Pribadi
seorang muslim harus melepaskan diri dari pengabdian kepada selain Allah.
Sehingga is benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan, dan perasaan
apa saja yang dapat memperlemah dan melecehkan kemuliaan insan.
3. Membebaskan
pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan
Mengatasi
rasa takut dengan pendekatan aspek akidah (tauhid). Ia ditanamkan akidah atau
keyakinan ke hati setiap muslim bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah
Allah semata.[5]
Kepribadian
seseorang itu dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor pembawaan, yaitu
potensi yang dibawa sejak lahir, baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik.
Kedua, faktor lingkungan, yaitu segala sesuatu diluar potensi yang dibawa sejak
lahir.
Selain faktor diatas, perbedaan kepribadian
seseorang juga terdapat pada kualitas aspek kepribadian seseorang. Adapun
aspek-aspek kepribadian seseorang dapat dilihat berikut ini:
1. Aspek jasmaniah, meliputi: tingkah laku luar, yang mudah nampak dan ketahuan
dari luar. Seperti: cara-cara berbuat, berbicara dan lain sebagainya.
2. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi: aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan
ketahuan dari luar, seperti cara berfikir, sikap dan minat.
3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi:
aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan,
meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian dan menjadi ciri
bagi kualitas keseluruhan individu.
B.
Proses Pembentukan Kepribadian
Kepribadian tidak dapat dibentuk hanya dalam
waktu sekejap, tetapi memerlukan proses dalam waktu yang relative panjang dan berangsur-angsur.
Proses pembentukan kepribadian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Proses Pembiasaan
Pembentukan (habituasi)
ini dilakukan untuk melatih keterampilan aspek-aspek jasmaniah yang berkaitan
dengan kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu,misalnya pembiasaan shalat
lima waktu yang dapat dikontrol, baik gerakan-gerakan maupun bacaan-bacaan yang
dilakukan.
Alat-alat yang perlukan dalam pembiasaan meliputi:
a.
Alat-alat langsung, yaitu
alat-alat yang segaris dansearah dengan maksud pembentukan, misalnya: teladan,
anjuran, perintah, latihan-latihan dan lain sebagainya.
b.
Alat-alat tidak langsung,
yaitu bersifat memncegah dan menekan (represi) hal-hal yang akan merugikan maksud pembentukan,
misalnya: koreksi dan pengawasan, larangan-larangan, hukuman, dan lain
sebagainya.
2. Pembentukan Pengertian,Sikap, dan Minat
Pemberian pengertian, sikap, dan minat merupakan kelanjutan dari
pembiasaan dan sebagian sudah dikenalkan pada tahap pertama, yaitu tahap
pembiasaan. Dengan pembentukan pengertian, apa yang sudah biasa dikerjakan
dapat dipahami oleh si anak.
Dengan pembentukan pengertian sikap dan minat akan diperoleh hal-hal
berikut:
a.
Pengertian-pengertian
tentang pokok-pokok pembinaan dalam amalan jiwa serta sangkut pautnya dengan
amalan jasmaniah. Pengertian ini meliputi pula nilai-nilai kesusilaan, tentang
apa yang baik dan yang jahat.
b.
Kecintaan kepada kebaikandan
kebencian terhadap kejahatan.
c.
Rasa berkepentingan dalam
soal-soal pelaksanaan kebaikan dan memperbesar minat kepada hal-hal yang baik,dan
selanjutnya minat itu dapat mendorong pelaksanaan yang telah dipahami.
Alat-alat
yang dipakai dalam tahap ini adalah:
a.
Pembentukan formil yaitu
pembentukan yang dilaksanakan dengan latihan-latihan cara berfikir yang baik, penanaman
minat yang kuat dan sikap (pendirian yang tepat).
b.
Pembentukan materi yaitu
pembentukan yang berkenaan dengan ilmu pengetahua. Misalnya, ilmu-ilmu duniawi,
ilmu-ilmu kesusilaan, ilmu-ilmu keagamaan dan lain-lainnya.
c.
Pembentukan intensiil yaitu
pembentukan yang berupa pengarahan, wadah yang telah berisi digerakkan kearah
tertentu.
3. Pembentukan Keruhanian yang Luhur
Pembentukan keruhanian yang luhur dilakukan dengan menggunakan tenaga
budhi dan tenaga-tenaga kejiawaan yang lain sebagai tambahan. Dengan
pembentukan keruhanian yang luhur, akan dihasilkan kesadaran dan pengertian
yang mendalam. Dengan pembentukan ini segala yang ada dipikiran seseorang,yang
dipilih dan diputuskannya, serta yang dilakukannya, adalah berdasarkan keinsyafan sendiri dan dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Masa yang tepat dalam pembentukan ini
adalah masa dewasa sampai pada masa kesempurnaan.[6]
Selain itu, proses pembentukan kepribadian muslim dapat pula dilakukan
dengan dua cara, yaitu: pertama, pembentukan kepribadian muslim sebagai
individu dan pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah.
1.
Proses pembentukan kepribadian
muslim sebagai individu
Dalam
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu pembentukan diarahkan pada
peningkatan dan pengembangan faktor bawaan dan faktor pendidikan yang berpedoman
pada nilai-nilai islam. Faktor bawaan dikembangkan melalui bimbingan dan
pembiasaan berfikir, bersikap dan tingkah laku menurut norma-norma islam.
Sedangkan faktor pendidikan dilakukan dengan cara mempengaruhi individu dengan
menggunakan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang
sejalan dengan norma-norma islam seperti contoh, teladan dan lingkungan yang
serasi.
2.
Pembentukan kepribadian muslim
sebagai ummah.
Kepribadian
muslim sebagai ummah adalah merupakan komunitas muslim yang memiliki pandangan
hidup sama, walaupun masing-masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda.
Persamaan pandangan hidup diyakini akan membantu usaha membina hubungan yang
baik serasi antar sesama anggota keluarga, masyarakat, bangsa, maupun antar
sesama manusia sebagai ummah.
Proses
pembentukan kepribadian muslim secara ummah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
pergaulan sosial, pergaulan dalam negara, dan pergaulan antar negara.[7]
BAB
III
PENUTUP
Kepribadian muslim adalah
kepribadian seseorang yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam.
Kepribadian muslim adalah kepribadian yang patuh dan berserah diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Kepribadian muslim ialah kepribadian yang seluruh
aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya,
maupun filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengabdian diri kepada Tuhan
penyerahan diri kepada-Nya.
Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor pembawaan yaitu potensi yang
dibawa sejak lahir baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Kedua, faktor
lingkungan yaitu segala sesuatu diluaar potensi yang dibawa sejak lahir.
Proses pembentukan kepribadian
dilakukan dengan 3 tahapan yaitu proses pembiasan, pembentukan pengertian,
sikap dan minat serta pementukan keruhanian yang luhur.
Selain itu, proses pembentukan kepribadian muslim dapat pula dilakukan
dengan dua cara, yaitu: pertama, pembentukan kepribadian muslim sebagai
individu dan pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Haris dan Kivah Aha Putra.2012.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Amzah.
Khobir, Abdul.2007.Filsafat Pendidikan Islam.Yogyakarta:
Gama Media Offset.
Zuhairini.2012.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi
Aksara.
D. Marimba, Ahmad.1962.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.Bandung: PT Al-Ma’arif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar